Renungan Pagi "Pandanglah Pada YESUS"
Renungan
Pagi “SESUATU yang LEBIH BAIK” 10 Januari 2017 Seekor Domba yang Tepat
“Kemudian Yosia merayakan Paskah Baru bagi TUHAN di Yerusalem. Domba Paskah
disembelih pada tanggal empat belas bulan yang pertama” (2 Tawarikh 35:1).
Empat hari diberikan kepada keluarga Ibrani, untuk memilih domba Paskah dan
menyembelihnya, itu adalah periode pemeriksaan intens terhadap kondisi fisik
hewan. Ini adalah waktu yang cukup untuk mengungkapkan penyakit yang mungkin
telah diinkubasi dalam daging hewan atau sakit cacat yang mungkin tidak
terlihat pada saat pemeriksaan awal. Periode pengawasan yang rinci dari seekor
domba memberi kesan mengenai pengawasan intens Tuhan kita, yang dilambangkan
korban tersebut, yang dialami selama pelayanan-Nya di bumi. Setan memahami
konsekwensi dari hal hidup Kristus tanpa dosa dan mati sebagai korban yang
sempurna, sehingga ia memanfaatkan semua perlengkapannya yang jahat untuk
membuat Yesus melanggar. Setan mengirim rekan-rekannya untuk menggoda-Nya,
pengacara untuk menjebak-Nya, wanita untuk menggoda-Nya, Sanherdin untuk
menguji-Nya, pengacara untuk memcobai-Nya, penguasa untuk mengancam-Nya, massa
untuk mengejek-Nya, tentara untuk meneror-Nya, dan Setan untuk merobek
daging-Nya. Sebelum mereka memacang salib dengan keras dengan ke tanah yang
berbatu, dengan kasar mereka memfitnah karakter-Nya dan dengan sangat salah
paham menginterprestasikan misi-Nya. Tetapi “ketika Ia dicaci maki, Ia tidak
membalas dengan mencaci maki” (1 Ptr. 2:23). Dia “telah dicobai, hanya tidak
berbuat dosa” (Ibr. 4:15). “Sekalipun Ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak
ada dalam mulutnya” (Yes. 53:9). Kesaksian yang meyakinkan dari Petrus adalah :
“Ia tidak berbuat dosa” (1 Ptr. 2:22); Dia adalah korban yang tak bercacat bagi
kita. Dan Bapa “akan melihat terang dan menjadi puas” (Yes. 53:11). Dengan kemenangan-Nya
atas kejahatan, Dia mematahkan skema si penggoda. Dia menghalau semua
kebohongan si penggoda dan menyediakan bagi kita suatu contoh dan tujuan dalam
hidup kita sehari-hari . konsekuensinya: Oleh darah-Nya Dia mengampuni dosa
kita dan membuat ketaatan-Nya yang sempurna menjadi karunia yang melingkupi
keselamatan kita. Kita tidak akan pernah membuatkan diri kita layak. Kodrat
kita terlalu keji, keadaan kerohanian kita terlalu lemah. Namun, kita harus
mencoba – dengan serius, sepenuh hati – untuk melakukannya, menyadari bahwa
keselamatan kita diporeh, tidak dengan mencapai suatu tujuan, tetapi dengan
menjadi penerima karunia ketaatan-Nya yang sempurna.
sumber : www.renungan pagi.com
Tidak ada komentar